BAB
I
KELULUSAN
Sorak – sorai gembira terdengar riuh di halaman kapolsek
kabupaten Tangerang disaat satu persatu siswa telah menerima surat yang
menyatakan bahwa mereka telah LULUS melakukan ujian beberapa hari yang lalu.
Wajah manis itu tersenyum ramah melihat satu persatu
wajah temannya, mata mereka tertuju pada secarik surat yang berada digenggaman
gadis itu.
“Ayo dibuka!” suruh salah seorang temannya dengan tatapan
was-was
“Gua takut, kalo yang tertulis di surat ini lebih dari 5
huruf gimana?” tanya nya cemas,
Plakk
Pukulan itu mendarat tepat mengenai kepalanya, gadis
manis itu sedikit meringis tangannya memegangi kepala yang terkena pukulan
barusan.
“Aiish.. sakit tau Nisa!” omelnya kepada temannya itu.
“Gak usah nanya yang aneh-aneh deh, lu itu termasuk salah
satu cewek yang pinter di sekolah jadi gak mungkin kalo tulisannya lebih dari 5
huruf.” Ucap Nisa kesal.
“Gak ada yang enggak mungkin di dunia ini Nisa.” Balasnya
tak mau kalah.
Belum sempat Nisa mendaratkan pukulannya kembali, Septi
mengambil surat tersebut dari tangan Nay. Iya gadis dengan wajah lokal Jawa itu
adalah Nay, salah satu dari siswi pintar dikelasnya.
“Kelamaan lu semua biar gua aja yang lihat.” Ucap Septi
tanpa ada bantahan dari yang lainnya. Ia membuka dengan perlahan dan mulai membaca
setiap katanya dengan teliti, beberapa menit kemudian ia melihat satu-persatu
wajah temannya dengan muka yang berbeda dari beberapa menit yang lalu.
“Nay..” ucap Septi parau dengan tatapan yang begitu tajam
kearah temannya yang satu itu. Nay yang melihat ekspresi temannya itu begidik
sendiri, ingin rasanya ia mengutuk temannya yang satu itu.
“Gak usah sok drama deh. Sini kertasnya kembaliin!”balas
Nay seraya mengambil kertas kelulusannya dari tangan Septi. Nay melihat tulisan
yang tercetak tebal tertulis paling besar di kertas tersebut dengan tulisan LULUS.
“Ayo makan, gua lapar” ajak Nay kemudian kepada
teman-temannya setelah ia melihat hasil ujian nasionalnya.
“Woii.. hasil ujian lu apa?” tanya Mita yang melihat
temannya itu pergi tanpa memberikan jawaban.
“CUMCLAUDE!” balas Nay sedikit berteriak tanpa berhenti
berjalan meninggalkan teman-temannya itu.
“Putri keraton kalo kekurangan makan kayak gitu tuh,
untung teman gua.” Ucap Mita kesal kepada teman yang lainnya. Mereka pun
akhirnya mengikuti arah kemana Nay pergi yang meninggalkan mereka duluan.
***
Iqbal membuka kertas yang di terimanya, bibirnya membuat
sebuah senyuman tipis di wajahnya yang masih datar.
“Ah elah.. biasa aja kali liatin tuh kertas, jatuh cinta
ntar lu sama tuh kertas.” Ucap Rully tiba-tiba sambil menyenggol lengan Iqbal
pelan. Iqbal menoleh kearah temannya itu masih dengan muka datarnya, sekilas
matanya melirik kearah kerumunan wanita yang tidak begitu jauh dari tempat ia berdiri.
“Lucu.” Gumam nya perlahan, saking pelannya mungkin hanya
ia sendiri yang mendengarnya.
“Lu ngomong apa tadi Bal?” tanya Rully yang tak sengaja
mendengar perkataan Iqbal samar-samar. Iqbal tersentak sedikit kaget, ia kira
ucapannya barusan hanya didengarnya saja karena ia pun mengucapkannya juga amat
perlahan.
“Gak. Ayo cari makan sehabis itu kita ke sekolah.” Balas
Iqbal mencoba mengalihkan pembicaraan. Rully dan beberapa temannya yang lain
hanya mengiyakan saja ucapan dari Iqbal tersebut, mereka pun pergi dari tempat
itu yang masih dikerumuni siswa-siswi yang lain.
***
Nay, Septi, Nisa, dan Mita sedang duduk di bangku yang
terdapat di pojok warung tersebut, mereka tengah menikmati makan siang sambil
ngobrolin apa saja yang ada, maklum lah jika ada kerumunan cewek berkumpul maka
segala informasi baik itu hoax atau tidak akan ada disana.
“Gua bakalan kangen sama kalian guys, jangan lupain gua
ya.” Ucap Nisa lebay kepada teman-temannya. Septi yang melihat ekspresi Nisa
tersebut begidik sendiri, ia pun melempar gumpalan tisu yang dibuatnya ke arah
gadis keturunan Padang itu.
“Lebay lu. Geli gua ngeliatnya!” ucap Septi setelah
berhasil melempar gumpalan tisu ke arah Nisa.
“Yeee.. gua kan ngomong nya tulus dari hati. Lagian kan
gak ada orang yang kayak gua.” Balas Nisa dengan muka sombongnya.
“Iya gak ada orang yang kayak lu. Huft.. gua bersyukur
akhirnya udah lulus jadi gua gak akan ketemu lagi sama orang yang superbawel
kayak lu. HaHaHa.” Ucap Mita yang ikut nimbrung percakapan antara Septi dan
Nisa.
“Nay liat tuh, mereka jahat sama gua, belain gua dong!”
ngadu Nisa kepada Nay yang sedari tadi hanya asyik dengan makanannya. Nay
menoleh kearah Nisa sebelum mengambil minumannya ia pun hanya tersenyum tipis
lalu melanjutkan kembali aktifitasnya.
“NAYYY!!!” teriak Nisa yang kesal melihat ekspresi
temannya itu.
“HUAKAKAKA” puas Septi dan Mita melihat ekspresi Nisa
yang dibuat kesal oleh Nay. Teman mereka yang satu itu memang unik sifatnya
tidak bisa di tebak dengan mudah. Orang bilang Nay termasuk tipe cewek yang
cuek dan dingin, tapi bagi mereka ada sisi keramahan dan kelembutan yang selalu
hadir di dirinya.
“Ya Allah tabahkan lah hamba memiliki teman seperti ini.”
Ucap Nisa dengan lirikan tajam ke arah temannya itu yang masih dengan santainya
melahap abis ketopraknya. Setelah selesai menghabiskan makan siangnya Nay pun
kembali menoleh ke arah Nisa kembali dan kali ini bukan dengan senyuman tipis
dan datar lagi melainkan senyuman ramah yang biasa ia berikan.
“Tenang, gua bakal jadi orang pertama yang kangen sama
lu..”
“Ahhh.. Nay so sweet.” Potong Nisa berbunga-bunga
mendengar jawaban dari Nay.
“Gua belum selesai ngomong Nisa.” Ucap Nay lagi.
Nisa yang tadi sudah bahagia mendengar jawaban Nay kini
kembali memasang wajah masam. “Apa? Awas ya kalo jawaban lu bikin kesel.” Balas
Nisa mengancam. Nay tersenyum sendiri melihat sikap teman-temannya ini yang
selalu bisa membuat ia melupakan sejenak pening di kepalanya.
“Gua bakal jadi orang pertama yang kangen sama lu.. asal
lu gak nyanyi-nyanyi lagi didekat gua. Asli gua selalu pake ini setiap kali lu
nyanyi.” Ucap Nay jelas sambil menunjukkan buntalan kapas ke arah
teman-temannya. Mereka yang melihat buntalan kapas itu pun tak bisa menahan
tawa nya lagi. HUAKAKAKAKA.
Nisa yang melihat buntalan kapas itu merasa kesal dan
lebih kesal lagi dari sebelumya, tapi ia juga tak bisa menahan tawanya
mengingat setiap kali ia menyanyi dengan suara yang pas-pasan memang membuat
siapa saja yang mendengarnya pasti akan di buat pusing oleh suaranya, dan
korban dari itu semua selalu Nay karena memang mereka duduk sebangku tapi
meskipun begitu Nay tidak pernah marah kepadanya, terkadang ia justru ikut
bernyanyi juga.
Link yang terkait :Lamour du ciel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar